Rabu, 04 Februari 2015

makalah tentang akidah akhlak



makalah akidah akhlak

Nama Kelompok:
1.  Fai Rosi Yogi .Y     (11)
2.  Mawah Datul .A     (24)
3.  Nungky Okta .F      (28)
4.  Yuni Puspitasasi     (39)


KELAS: X-A3
MADRASAH ALIYAH NEGERI MOJOKERTO
JL. RA. BASUNI, NO: 306, SOOKO, MOJOKERTO
TAHUN PELAJARAN 2014-2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan  Tugas Akidah Akhlak dengan baik dan lancar.
Terima kasih kami sampaikan kepada guru mata pelajaran Akidah Akhlak selaku pembimbing laporan ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu menyelesaikan Laporan ini.
Kami berharap, semoga tugas yang telah kami buat dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya siswa-siswi MAN Mojokerto.
Apabila ada penyusunan tugas ini ada kesalahan, kami mohon maaf. Kami juga mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.



PENYUSUN







DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................................................3
A.    Pengertian Akidah..........................................................................................................4
B.     Ruang Lingkup Akidah...............................................................................................4-7
C.     Tujuan Akidah Islam...................................................................................................8-9
D.    Prinsip Akidah Islam.................................................................................................9-10
E.     Metode Peningkatan Kualitas Akidah Islam................................................................10
F.      Mempertahankan Aqidah di Tengah Benturan Budaya..........................................11-12



















A.          Pengertian Akidah
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدً] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
B.           Ruang Lingkup Akidah
A. Aqidah Pokok
            Aqidah Islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut  Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman.(1)
Menurut sistematika Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Aqidah Islam meliputi :
1)      Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan  dengan Tuhan (Allah), seperti wujud Allah, sifat Allah dll
2)      Nubuwat,  yaitu pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah dll
3)      Ruhaniyat, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti jin, iblis, setan, roh dll
4)      Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'i, yakni dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb.        
Tidak hanya diatas namun pembahasan Aqidah juga dapat mengikuti Arkanul iman yaitu :
1.             Kepercayaan akan adanya Allah dan segala sifat-sifatNya 
2.             Kepercayaan kepada Malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani lainnya seperti Jin, iblis dan Setan)
3.             Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rasul
4.             Kepercayaan kepada Nabi dan Rasul
5.             Kepercayaan kepada hari akhir serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu 
6.             Kepercayaan kepada takdir (qadha dan qadar) Allah (2)
Adapun penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk dalam Arkanul Iman, yaitu:
1.      Iman kepada Allah
                Pengertian iman kepada Allah ialah :
a.       Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
b.      Membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya.
c.       Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baru (makhluk).
          Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah.
2.      Iman Kepada Malaikat
          Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat” yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya.
          Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyeru kita mengimankan sejenis makhluk yang gaib, yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca indera, itulah makhluk yang dinamai malaikat. Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt.
Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa diperkirakan. Mereka juga ada perbedaan dan tingkatan-tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat dan kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh maupun ada yang bertugas di dunia.
          Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah sebaga berikut :
a.       Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi-nabi dan rasul
b.      Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti melepaskan angin, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
c.       Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari kebangkitan nanti.
d.      Malaikat Izrail (Malaikal maut) bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya.
e.       Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia
f.       Malaikat Ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para pelayan surga.
g.      Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para malaikat menyiksa penghuni neraka.
h.      Malaikat yang bertugas memikul Arasy.
i.        Malaikat yang menggerakkan hati manusia bentuk berbuat kebaikan dan kebenaran.
j.        Malaikat yang bertugas mendoaka orang-orang yang beriman supaya diampuni oleh Allah segala dosa-dosanya diberi ganjaran surga dan dijaga dari segala keburukan dan doa-doa lain.
Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, maka kita akan lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah swt. lebih bersyukur akan nikmat yang diberikan dan berusaha selalu berbuat kebaikan dan menjauhi segala larangannya. Karena malaikat selalu mengawasi dan mencatat amal perbuatan manusia.
3.      Iman kepada Kitab-Kitab Allah
                Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Tuhan ialah beritikad bahwa Allah ada menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan itikad maupun yang berhubungan dengan muamalat dan syasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia. baik untuk akhirat, maupun untuk dunia. Baik secara individu maupun masyarakat.
                Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Qur’an dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih ada sampai sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Qur’an. Sedangkan yang masih ada namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa dan Zabur kepada Daud.

4.      Iman kepada Nabi dan Rasul
      Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara Nabi dan Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat manusia.
      Di Al-Qur’an disebut nama 25 orang Nabi, beberapa diantaranya berfungsi juga sebagai rasul ialah (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
      Sebagaimana manusia biasa lainnya Nabi dan Rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu makan, minum, tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia lainnya. Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi sekaligus Rasul terakhir tidak ada lagi rangkaian Nabi dan Rasul sesudahnya.
      Seorang muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya yang telah diutus oleh Allah SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan namanya. Seorang muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu sama lain, tugas dan mukjizatnya masing-masing seperti yang diperintahkan oleh Allah.

5.      Iman kepada Hari Akhir
      Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, itu merupakan hari yang tidak diragukan lagi.
      Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal perbuatan setiap orang yang suda dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan ganjaran sesuai dengan hasil perbuatan selama di dunia.
      Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari akhir. Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna dengan keyakinan tentang adanya hari akhirat.  Demi tegaknya keadilan, harus ada suatu kehidupan baru dimana semua pihak akan memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas pilihannya masing-masing.

6.      Iman kepada Qadha dan Qadhar
      Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat. Sunnahnya ini adalah tetap tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya, baik yang jasmani maupun yang bersifat rohani.
      Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya hukum sebab akibat, yang ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.
      Pengertian di atas sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Qur’an berbagai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian kekuasaan Allah SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang berlaku bagi segala makhluk hidup maupun yang mati.



C.           Tujuan Akidah Islam
Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang, yaitu: 
1.                          Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah satu-satunya. Karena Dia adalah Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan kepada-Nya satu-satunya.
2.                          Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat diindera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.
3.                          Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur. Hakim yang Membuat tasyri. Oleh karena itu hatinya menerima takdir, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain.
4.                          Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena di antara dasar akidah ini adalah mengimani para rasul yang mengandung mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.
5.                          Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan kesempatan beramal baik kecuali digunakannya dengan mengharap pahala serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena di antara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan. 
"Dan masing-masing orang yang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (Al An'am 132)
Nabi Muhammad SAW juga mengimbau untuk tujuan ini dalam sabdanya:
"Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta mohonlah pertolongan dari Allah dan jangan lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, maka janganlah engkau katakan: Seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah: Itu takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan. Sesungguhnya mengandai-andai itu membuka perbuatan setan." (Muslim)

6.                          Mencintai umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal maupun yang murah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat tiang penyanggahnya tanpa perduli apa yang akan terjadi untuk menempuh jalan itu. 
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Al Hujurat 15)
7.                          Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu-individu maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan. 
"Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An Nahl 97) 

D.          Prinsip Akidah Islam
Aqidah Islam dasarnya adalah iman kepada Allah, iman kepada malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada para rasul-Nya, iman kepada hari Akhir, dan iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Dasar-dasar ini telah ditunjukkan oleh Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.

Allah berfirman dalam kitab suci-Nya, yang artinya:
“Bukankah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…”
(Al Baqarah 177)

Dalam soal takdir, Allah berfirman, yang artinya:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran, dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti sekejap mata.”
(Al Qomar 49-50)

Nabi juga bersabda dalam sunnahnya sebagai jawaban terhadap malaikat Jibril ketika bertanya tentang iman:


اْلإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.



Artinya:
“Iman adalah engkau mengimani Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari Kemudian, dan mengimani takdir yang baik dan yang buruk.”
(HR. Muslim).

Ada juga yang berpendapat bahwa prinsip-prinsip aqidah itu ada 3 yaitu :
1.      Pada prinsipnya aqidah Islam itu bersumber dari wahyu Allah
2.      Pada prinsipnya aqidah Islam itu sama dengan aqidah yang dibawa nabi-nabi terdahulu
3.      Pada prinsipnya aqidah Islam itu meruluskan aqidah-aqidah yang tersesesat

E.            Metode Peningkatan Kualitas Akidah  Islam
      Wahai saudaraku, kemantapan iman dapat diperoleh dengan menanamkan kalimat tauhid laa Ilaaha illa Allah(tiada tuhan selain Allah). Tiada yang dapat menolong, memberi nikmat kecuali Allah dan kebahagiaan di segenap lapangan hanya diperoleh dengan jalan berakhlak mulia.
      Seorang yang kuat imannya, jiwanya selalu tenang, tidak goncang menghadapi segala sesuatu, sebab didalam jiwanya hidup rasa persaudaraan, persaman dan kemanusiaan. Karena iman yang subur dan sehat menghilangkan sifat dengki, cemburu serta sifat yang lainnya.

* mereka menyebut Isa putera Maryam itu Rasul Allah ialah sebagai ejekan, Karena mereka sendiri tidak mempercayai kerasulan Isa itu.

      Di dlam Al-Qur’an disebutkan bahwa iman itu tergambar dari amal atau tergambar dari sifat dan tingkah laku seseorang. Dan kadang-kadang Allah menyebutkan amal pada urutan pertama dan iman urutan kedua, karena itu dapat dikatakan, amal merupakan syarat kebenaran iman seseorang, dan seperti telah disebutkan diatas, iman menjadi syarat sahnya amal seseorang. Fiman Allah SWT
Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, Maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya.





F. Mempertahankan Aqidah di Tengah Benturan Budaya
      Manusia merupakan makhluk yang mempunyai kedudukan tertinggi dan terhormat. Makluk yang sempurna dan istimewa dibanding makhluk lain di dunia ini. Pertama, karena manusia mempunyai fisik dan bentuk terbaik. Struktur organ-organnya mempunyai kesempurnaan. (QS At Tiin : 4). 

      Kedua, manusia mempunyai jiwa dan rohani. Dengan jiwa dan rohani ini manusia mempunyai akal, rasio, perasaan, kemauan, nafsu dan mempunyai budaya. Manusia bisa berkembang, bisa maju karena mempunyai keistimewaan-keistimewaan itu. Dalam mengembangkan rasionya manusia diberi landasan yakni agama. Maka hendaknya apapun pengembangannya, agama harus dugunakan sebagai pedoman, agar pemikirannya tidak keluar dari dasar-dasar agama yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As Sunnah. Untuk itu, sarjana-sarjana muslim hendaknya dalam mengkaji dan meneliti suatu keilmuan dilandasi agama, dengan mengutip Al-Qur’an, As Sunnah atau ilmuwan-ilmuwan muslim, agar pemikirannya tidak sekuler. Karena sekarang sudah menjadi trend, banyak sarjana-sarjana muslim yang merasa bangga kalau mereka mengutip pendapat-pendapat orang barat, daripada mengutip ayat-ayat Al-Qur’an. 

      Teori-teori kenegaraan yang ada sekarang ini tidak akan bisa mengalahkan konsep Islam dalam surah al A’raf : 96. Maknanya : Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. 

      Seharusnya, ayat ini yang harus dikaji, didiskusikan oleh negarawan, legislative, eksekutif dan semua yang terlibat dalam mengatur negara ini. Kalau ayat ini yang menjadi dasar pemikiran mereka yang bertanggung jawab terhadap negara ini, pasti kesejahteraan dan keadilan sosial akan terwujud. Tidak seperti sekarang ini yang carut marut tidak karuan. Malah justeru ajaran Islam yang mulia ini, dibentur-benturkan, dianaktirikan, bahkan berusaha dihilangkan. Kita saksikan ditelevisi-televisi, para ahli agama diundang dalam debat, lalu diundanglah pemikir-pemikir liberal dan sekuler. Karena orang sekuler yang diundang lebih banyak, ulama’ yang mempertahankan kebenaran al-Qur’an itu seakan kalah. Karena moderator juga berperan, sehingga jawaban-jawaban yang baik dari ulama dipotong, sedang yang mempunyai misi itu diberi keleluasaan menjawab seakan-akan kebenaran ditangannya. Dengan cara-cara seperti inilah Islam dibenturkan dan dengan cara seperti inilah mereka berusaha mempengaruhi masyarakat untuk menjauhkan dari ajaran Islam. Pesan yang ingin dilontarkan adalah “Konsep liberal dan sekuler lebih baik dari pada konsep Islam”. Inilah misi mereka, menjauhkan umat Islam dari ajarannya. Dan tampaknya mereka berhasil, karena mereka menguasai media informasi. Tetapi yakinlah bahwa Islam adalah ya’luu walaa yu’laa alaih (Islam adalah tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi). 

      Seperti yang sekarang terjadi. Ada empat orang yang digugat dalam kasus Syi’ah. Pertama, gubernur Jatim Peraturan Gubernur No 55 tahun 2012, yang isinya pembinaan kegiatan keagamaan dan mengawasi aliran sesat di Jatim. Di dalam klausul dalam peraturan in, pasa 5 disebutkan bahwa untuk menentukan kriteria sesat itu adalah berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakat oleh MUI Jatim, untuk agama Islam, dan untuk agama lain, adalah dari masing-masing majlis agama tersebut. Ini dituntut orang dari Bandung yang bernama Teguh Sugiarto, mengatasnamakan perorangan yang menuntut peraturan itu dicabut. Kemudian tuntutan kedua kepada Ketua Majelis Ulama Jatim, untuk membatalkan fatwa MUI tentang Syiah. Karena kami menandatangani bahwa Syiah Imamiyah Itsna Asy’ariyah adalah termasuk kelompok yang sesat dan menyesatkan. Kami telah studi tentang Syiah Imamiyah Itsna Asy’ariyah tidak sesuai untuk diterapkan di Indonesia, dan akan mengancam NKRI. Tidak ada negara yang begitu dimasuki mereka lalu aman. Misalnya di Libanon, Irak, Suriyah dll. 

      Ajaran Syiah terdapat perbedaan yang mendasar dengan ajaran ahlus sunnah wal jamaah. Misalnya di antaranya mengajarkan bahkan menganjurkan nikah muth’ah (kawin kontrak) yang sangat berpotensi digunakan untuk melegitimasi praktik perzinaan. Padahal di Jawa Timur khususnya di Surabaya ini, kami bersama pemerintah berusaha maksimal bagaimana tempat postisusi itu ditutup. Ini suatu gerakan yang luar biasa. Tetapi orang yang berfaham Liberal mengatakan itu melanggar HAM. Karena mereka mencari uang, mencari ekonomi sehingga nafkahnya tetap terjaga, dengan membuat sensasi, membela siapa saja walaupun itu salah. 

      Ketiga adalah KH Sahal Mahfudh. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, dan ketua Rais Suriyah NU. Dan yang keempat, adalah presiden RI. Begitu tanggal 14 Mei 2013 sidang pertama dimulai, kami sudah membentuk tim. Tetapi mereka tidak hadir.. Ini saya kira suatu tindakan yang luar biasa. Suatu keberanian yang luar biasa, dari kelompok minoritas. Padahal bicara toleransi jangan hanya yang kelompok besar yang dituduh, sebab ketika kelompok kecil memaksakan pendapatnya itu juga melanggar HAM. Dan itu tirani kelompok kecil kepada yang besar. 

      Untuk itu, umat Islam harus kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasul SAW. dan banyak fatwa-fatwa dari umat Islam sebagai kazanah untuk membangun diri, dan membangun masyarakat, bangsa dan negara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar